Siang ini...
Aku, om Dodik, tante Tri, mbak Dita, dan Umi cerita tentang
masa-masa kecil cucu-cucu dari umi dan abah. Meskipun tidak semuanya
terceritakan tapi ada satu pembicaraan yang menarik dan berarti buatku. Disela-sela
pembicaraan itu aku mendengar umi mengucapkan sebua kalimat yang membuatku
penasaran, ingin nangis, pokoknya campur aduklah. “kamu itu untung-untungan bisa hidup. Dulu kamu lahir sebelum waktunya,
ditambah kamu sakit infeksi usus. Jadi, mamamu pulang dari rumah sakit, kamu tetep
dirawat di rumah sakit 2 minggu dimasukin ke inkubator. Udah gitu ndak minum
asi.” Kata Umi. “kepalamu besar, ndak
keras juga...” tambahnya. Aku terdiam
sambil menciumi Baban si adik kecil yang baru lahir 3 minggu, anak dari Om
Dodik dan Tante Tri. Tiba-tiba merasa iba ke diriku sendiri. Sebenarnya aku
sudah pernah menanyakan ini pada Ibuku, tapi jawabannya tidak sejelas yang
kuharapkan. “tapi saiki gedene ganteng,
dukur” kata Om Dodik, sambil mengusap punggungku. Aku terkekeh mendengarnya, tapi tetap saja
pikiranku masih terbayang perkataan Umi tadi siang. Segitu parahnya kah masa
kecilku? Entahlah, sepertinya aku harus bersyukur atas apa yang Dia berikan
padaku selama ini. Terlintas dipikiran untuk memaksa Ibuku menjawab apa yang
sebenarnya aku alami dan apa yang menyebabkan aku seperti itu. Tapi, biarlah
itu jadi misteri, lagian aku sudah hidup normal sepert anak lainnya, apalagi
hal yang dipaksakan tidak baik jadinya.
Dari paragraf diatas aku jadi ingat sebuah cerita dari novel “Aku Terlahir 500 gr dan Buta”. Mungkin kalian kaget,
tumbennya aku baca novel hehehe. Sebenarnya novel itu cuma modus buat deketin
adik kelas, yang saat itu aku kelas 12 dan dia kelas 11. Padahal waktu itu 3
bulan menjelang Ujian Nasional masih sempatnya-sempatnya main modus sama cewek #dasar...
sebenarnya novel itu gak kubaca semuanya, hanya beberapa halaman awal dari
setiap bab yang ada. Tapi, meskipun begitu aku bisa merasakan kesedihannya .
supaya kalian tidak bertanya bagaimana kisahnya, aku copy-kan saja sinopsisnya
diambil dari beberapa blog.
Miyuki inoue membuat karangan tentang hidupnya sendiri :
Cerita yang memenangkan lomba mengarang SLB tingkat nasional
jepang
Air Mata Ibu
Beratku hanya 500 gram waktu dilahirkan. Dokter yang bekerja di
rumah sakit tempatku dilahirkan bercerita kalau ibu tidak bisa mendengarkan
penjelasan karena matanya sudah dibanjiri air mata melihat diriku yang begitu
kecil. Kelima jariku sebesar korek api.
Kepalaku
sebesar telur. Pinggulku sebesar jari kelingking orang dewasa. Selama tujuh
bulan aku dibesarkan dalam inkubator rumah sakit. Ibu setiap hari datang
mengunjungi, tidak peduli apakah saat itu sedang turun hujan atau salju. Dia
bahkan datang tanpa membawa payung. Dia mengajakku berbicara dan membelai
kepalaku. Jika Ibu memberikan jarinya ke dalam inkubator, aku segera meraih dan
menggenggamnya.
Sebelum Ibu datang ke rumah sakit, para suster langsung
membersihkan mukaku dan megganti popokku dengan terburu-buru. Mereka
benar-benar repot. Kalau ditanya mengapa, alasannya karena Ibu akan memarahi
mereka kalau melihat sedikit kotoran saja dimukaku.
“Kenapa mukanya kotor? Masa bersihin muka bayi saja kalian tidak
bias? Saya tahu kalian sibuk. Saya tahu kalian sibuk, tapi lakukan pekerjaan
dengan baik!” Lima bulan setelah dilahirkan, untuk pertama kalinya aku
dikeluarkan dari inkubator dan dipeluk oleh Ibuku sendiri. “kamu hebat sekali,
bisa bertahan hidup sampai sekarang, Miyuki,” Katanya sambil menangis. Waktu
itu pula, Ibu tahu dari para dokter tentang mataku. “ Mata Miyuki, untuk
seterusnya, tidak akan bisa membedakan bentuk lagi”. Air mata Ibu terus
mengalir tidak bisa dihentikan. Dia tidak tahu bagaimana caranya bisa sampai ke
rumah.
Akan tetapi, kemudian Ibu berubah pikiran dan bersumpah pada
dirinya sendiri, “Aku akan berjuang untuk hidup bersama dengan Miyuki-chan. !”
Waktu
aku TK, aku dan Ibu pernah berjalan-jalan ke taman dekat rumah. Sebelum mulai
bermain, Ibu menjelaskan, “Di sini ada bangku. Kalau kamu berjalan ke depan
sedikit lagi, ada papan iklan. Hati-hati. “
Dia menjelaskan dengan teliti. Akan tetapi, waktu sedang bermain di sana, aku
menabrak papan iklan dan
terluka parah, namun ibu sama sekali tidak membantu. Dia pura-pura tidak tahu
walaupun aku terluka.
“Itu
gara-gara kamu tidak berhati-hati waktu berjalan,kan? Kalau sakit, lain kali
hati-hati waktu bermain!” Hanya itu ucapan Ibu. Waktu aku jatuh dari tangga di
rumah, aku sangat kesakitan dan tidak bisa
bergerak. Ibu dari atas bertanya, ” Sedang apa kamu di sana?” “Aku jatuh dan
tidak bisa bergerak.”
Ibu hanya mengatakan satu hal, ” Salah sendiri.” Hanya itu. Pernah ada kejadian
seperti ini, aku sedang bermain ayunan sewaktu tiga orang anak laki-laki datng
ke arahku dan berkata, “Eh, lihat, dia buta,
lho!” Ibu memburu ke arahku, ” Terus, kenapa kalau anak ini buta? Kalian tidak
pernah pikir kalau anak ini bekerja jauh lebih keras daripada kalian?”
Anak-anak
itu terkejut mendengarnya dan langsung meminta maaf, ” Maafkan kami , Tante.”
Anak-anak itu kemudian bermain bersamaku. Ketika kelas tiga SD, aku mulai
belajar menaiki sepeda yang menggunakan
roda penolong. Aku semula berpikir Ibu akan menuntunku lebih dulu sebelum mulai
latihan, namun Ibu hanya duduk di bangku dan mulai berteriak supaya aku mulai
bersepeda. Beberapa
kali
aku jatuh dari sepeda, darah membanjiri lutut dan sikuku. Ibu tetap diam. Saat
jatuh untuk pertama kali, aku kesulitan mencari sepeda.
Akhirnya
aku menemukan setangnya dan dengan sekuat tenaga mendirikan sepeda
itu lagi. Ibu tetap berteriak-teriak dan aku marah sekali. Ibu jahat sekali,
pikirku pada waktu itu.
Aku jatuh bangun beberapa kali sampai akhirnya merasakan angin menerpaku. Aku
bisa naik sepeda!
Ibu berlari ke arahku ” Miyuki Kamu hebat! Kamu bisakan kalau berusaha lebih
dulu!” Dia lalu memelukku. Aku lupa kalau sedang marah kepadanya ketika berada
dalam pelukannya. Sekarang, aku sudah kelas tiga SMP.
Sampai
sekarang Ibu masih mengajariku berbagai hal, untuk bersimpati terhadap orang
lain, untuk terus berusaha jika ingin melakukan sesuatu, dan untuk bertingkah
laku sopan. Aku sangat mencintai Ibu.
Aku mungkin tidak bisa melakukan banyak hal karena buta. Akan tetapi, aku
percaya bisa melakukan banyak hal kalau aku berusaha. Sekarang aku ingin Ibu
bisa mengalirkan air mata bahagia. Air mata bahagia yang terus mengalir sampai
tidak bisa berhenti. Akan tiba saatnya waktu impianku itu bisa tercapai. Dan
ini riwayat hidup Miyuki Inoue :
1984 Pada tanggal 21 Agustus aku lahir di Kota Kurume, propinsi Fukuoka.
1988 Aku masuk TK Megumi.
1991 Masuk SLB Fukuoka program Sekolah Dasar.
1997 Masuk SLB Fukuoka program Sekolah Menengah Pertama. Menjadi
Anggota OSIS waktu kelas satu dan dua SMP.
Memenangkan lomba mengarang antar sekolah dengan judul pidato Air Mata
Ibu.Memenangkan lomba Mengarang tingkat propinsi dengan cerpen berjudul Air
Mata Ibu.1998 Memenangkan lomba mengarang tingkat Kyushu dengan cerpen berjudul
Air Mata Ibu.1999 Memenangkan lomba mengarang Nasional Kanpo dengan cerpen
berjudul
Diriku dalam Genggaman.Cerpennya yang berjudul Ikatan dimuat dalam antologi
cerpen bertema HAM,
hak Asasiku.
Memenangkan lomba debat nasional.
2000 Menerima penghargaan pendidikan kebudayaan Fukuoka pada bulan
Februari. Masuk SLB Fukuoka program Sekolah Menengah Atas pada bulan
April.
Autobiografi berjudul Aku Terlahir 500 gr dan Buta, diterbitkan pada
bulan Juli.
2001 Autobiografi berjudul Aku Bisa Naik Sepeda diterbitkan.
2002 Autobiografi berjudul Usiaku 17 Tahun dan Sehat diterbitkan.
2003 Lulus dari SLB Fukuoka program Sekolah Menengah Atas pada
bulan maret Masuk SLB Fukuoka program Akademi Keperawatan. Sekarang sedang
mendalami bidang keperawatan dan pemijatan. sering kali kita suka melupakan
bahwa banyak orang yang lahir tak
sempurna membutuhkan pertolongan kita yang normal dan kecukupan atau bahkan
berkelimpahan. Memang kadang kita teringat tentang hal orang-orang yang tak sempurna
tetapi kita lebih sering terlupa karena kesibukan kita sendiri atau hanya lebih
mementingkan diri sendiri, kelompok atau golongan. Atau bahkan kita hanya sedih
melihat dan menangis melihat keadaannya tetapi kita tidak pernah bertindak
untuk melakukan sesuatu yang membuat ringan bebannya. Hal seperti ini banyak
terjadi di dunia.
Satu hal saya hanya mengingatkan bahwa banyak orang yang seperti
Miyuki Inoue membutuhkan pertolongan kita. “Memberi itu lebih baik daripada
meminta tetapi mengajari itu lebih baik daripada memberi.”
Nah, sudah baca kan? Dari buku itu, kita belajar bagaimana cara berjuang dan
menghargai apa yang kita punya. Cara mendidik ibunya sangat bagus. Kalau tidak salah,
ada cerita tentang ibunya yang marah karena dia tak mau makan. Itu membuat bulu
kudukku berdiri. Dan banyak lagi pelajaan yang didapat. Saran buat yang
mau baca novel itu, sedialah tissu sebanyak-banyaknya karena ceritanya super
duper menyedihkan... hehehe